4 Laba Sekaligus Dari Pasionfruit
Sekali tepuk untung dari 4 produk markisa ditumpuk. Sirup, pupuk cair, pakan ternak dan pakan ikan produk andalan PT Semesta Alam Petro, Semarang, Jawa Tengah.
“Dari 3 produk itu, paling tidak saya bisa mendapat omzet Rp 500 juta – 600 juta / bulan. Dengan keuntungan bersih rata-rata 10%,” tutur Utomo, pemilik PT. Semesta Alam Petro. Utomo mengawali sukses bisnis markisa dengan dengalaman pahit tertipu oleh kontrak kerja dengan pihak pengusaha Amerika. “Saat itu kami sudah menyepakati kontrak kerja dengan pengusaha Amerika untuk menanam markisa seluas-luasnya. Namun pada gilirannya, mereka tidak menyanggupi pembelian karena harganya tidak masuk,” papar pria ulet itu.
Akhirnya, daripada merugikan petani, Utomo bertekad membeli markisa itu. “Saya terpaksa hutang kesana-kemari. Tapi saya yakin kedepannya buah ini punya prospek yang bagus,” tuturnya optimis. Pengalaman tersebut justru menjadi sebuah langkah awal kesuksesan bagi Utomo. “Saya jadi punya bakalan bibit dari berbagai lokasi, tahu cara mengolah markisa jadi sirup. Bahkan tahu cara memanfaatkan limbah markisa. Meskipun rugi, namun kami jadi lebih pinter,” katanya penuh bangga.
Zero waste
Untuk mengembangkan produk markisa, Utomo bekerjasama dengan Universitas Diponegoro. Pakar Universitas Diponegoro membimbing Utomo memanfaatkan semua bagian buah markisa secara maksimal. “Usaha kami bersifat zero waste. Atau tidak ada yang dibuang,” ungkap lulusan Fakultas Sastra UNDIP itu.
Ada 4 produk yang dihasilkan yaitu Sirup, POC (Pupuk Organik Cair), Nutrisi ternak dan nutrisi untuk lele. Produk sampingan dari markisa yaitu Pakan ternak berasal dari kulit markisa. Sementara pupuk, probiotik ternak dan probiotik ikan lele dihasilkan dari olahan sirup kedaluwarsa yang diretur. “Bahannya sama-sama dari sirup markisa kedaluwarsa. Hanya cara pengolahannya menggunakan strain bakteri yang berbeda,” paparnya. Diantara bakteri tersebut yaitu Lactobacillus dan Sacaromices
Pupuk yang dihasilkan dijual untuk petani binaan atau petani plasma. Dengan cara seperti ini petani bisa mendapatkan pupuk dengan harga yang murah. Sebagai timbale baliknya, Utomo akan mendapatkan harga markisa yang miring pula. Harga pupuk cair organik berbahan markisa ini Rp 15.000 / botol dengan volume 500 ml. Satu karton berisi 20 botol bisa untuk budidaya markisa seluas 1 ha. Tanpa menggunakan urea. ½ bagian pupuk cair diaplikasikan saat pertama penanaman. Yaitu dengan cara digelontorkan bersama dengan air irigasi. ½ bagian yang lain diaplikasikan ketika tanaman sudah terlihat tidak stress. Yaitu ketika warna daunnya terlihat hijau tak pucat dan tumbuh tunas muda. Pengapliaksian dilakukan dengan disemprotkan di bagian daun.
Pabrik sirup ini menghasilkan sirup markisa klasifikasi pure (saribuah murni) atau pulpy 5 ton / bulan. Sirup buatan Utomo 100% diracik dari buah markisa plus gula. Sutomo mengaku sama sekali tidak melakukan penambahan air. Pengawet digunakan adalah gula. Sedangkan pengawet sintetis tidak digunakan. Produk sirup markisa dijual Rp 20.000 / botol. Utomo memasarkan secara langsung ke swalayan dan agen. Disamping itu ia juga mengekspor ke Singapura. Sedangkan produk lain yang dihasilkan adalah Nutrisi ikan dan ternak yang diekspor hingga Kamboja. 3.000 liter atau 3 ton nutrisi ikan setiap minggu. Dijual seharga Rp 45.000 / liter.
Setelah melalui proses pasteurisasi atau sterilisasi, sirup markisa bertahan hingga 6 bulan tanpa bahan pengawet buatan. Sari buah atau pulpy tanpa gula banyak diminati bagi penderita diabetes. Produksi sirup pure sebenarnya lebih diarahkan bagaimana untuk membuka lapangan kerja bagi banyak orang. Dengan cara seperti ini, Tomo berkeyakinan akan menjadi semakin banyak memperoleh rezeki. “Pure atau pulpy ini juga saya pasarkan bagi peminat bisnis jus. Jadi tak perlu repot-repot blender. Tinggal tuang saja,”kata Utomo.
Beberapa varietas markisa yang dibudidayakan oleh Tomo yaitu Markisa medan, markisa Brazil berwarna kuning, dan hasil silangan sendiri yang berwarna jingga. Varietas yang paling bagus yaitu yang berwarna jingga. Memiliki warna menyolok, aroma tajam dan buahnya mampu bertahan lama.
Sistem kemitraan
Sementara itu, bentuk usaha tani yang diterapkan adalah kemitraan. Dalam usaha tani ini, Utomo memberikan benih dan pupuk kepada petani mitra. Lalu, hasil panen dari petani dibeli oleh Utomo, sesuai dengan harga yang disepakati. Dengan sistem kemitraan, Tomo memperoleh banyak keuntungan. Salah satunya yaitu pasokan yang kontinyu. Pasalnya, petani mitra tersebar di tempat yang berbeda dengan kondisi agroklimat yang berlainan. Ada yang di dataran tinggi ada pula yang di dataran rendah. “Jadi ketika pasokan dari mitra di dataran tinggi minim, bisa ditutup dengan pasokan dari mitra di dataran rendah,” ujarnya. Keuntungan lain yaitu, Tomo tak harus memiliki lahan sendiri yang terlalu luas dan memakan biaya investasi yang besar.
Petani setiap minggu bisa menghasilkan buah markisa sebanyak 1 pohon menghasilkan 5 kilo buah markisa. Harga markisa dari petani Rp 2.250 / kg. Jadi ketika petani memiliki 1.000 pohon, maka ia akan memanen rutin buah markisa sebanyak 5 ton / minggu. Omzet yang diperoleh sebesar Rp 11.250.000 / minggu.
Saat ini sudah ada ratusan petani plasma yang bekerjasama dengan Utomo. Di Jawa Barat tersebar di Garut, Sukabumi dan Tangerang. Terutama yang membudidayakan ikan. Sementara di Jawa Tengah tersebar di Pekalongan, Boyolali, Temanggung dan Semarang. “Di Pekalongan saja kebun kami seluas 160 ha,” kata pria yang akrab dipanggil Tomo itu.
Sistem yang dilakukan yaitu sistem pertanian organic. Meskipun dibudidayakan secara organik harga produk yang dipasarkan sama saja dengan harga produk pertanian non organik. Bahkan lebih bersaing,” tutur pria berusia 52 tahun itu. Berdasar pengalamannya selama ini, tanaman markisa merupakan tanaman yang mudah dirawat dan tahan hama penyakit. “Relatif minim risiko. Paling-paling busuk akar. Tapi itu saja jarang terjadi,” kata Tomo. Tanaman ini juga mampu tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi berketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Varietas markisa dengan buah ungu banyak dibudidayakan di dataran tinggi,. Sementara markisa berbuah kuning dan jingga cocok dibudidayaak di dataran tinggi. “ Biasanya buah markisa dataran tinggi warnanya bagus. Jingga kemerahan. Jadi kalau dibuat sirup warnanya bisa menarik,”ujarnya.
Jarak tanam markisa ideal 5 m x 5 m. Lahan seluas 1000 meter bisa ditanami markisa sebanyak 50 pohon. Tomo menyarankan agar petani tidak menanam markisa dilahan subur. Sebab tanaman ini bisa tumbuh di sembarang lahan. “Lahan subur sebaiknya untuk tanaman pangan,” katanya. Sedangkan usia produktif markisa mencapai 15 tahun. Dengan syarat harus dilakukan pemangkasan pada batang kering dan batang yang tidak produktif. Namun bila dibiarkan tumbuh alami tanpa pemangkasan, usai produktifnya hanya mencapai 5 tahun saja.